Permasalahan Life Skill santri masih menjadi isu utama - Jejak Inspirasi Transformasi

Catatan Pribadi Berbagi Inspirasi Untuk Bertransformasi Menjadi Pribadi Lebih Baik ------------------------------------------------------------------------------------------

Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024

Permasalahan Life Skill santri masih menjadi isu utama

 


Sebagaimana telah disampaikan pada catatan sebelumnya, bagaimana pesantren memiliki peran dalam membekali santri dengan life skill yang harus mereka miliki dan menjadi bekal dalam fase kehidupannya di masa datang.

Pesantren hari ini sudah tidak seperti model pesantren zaman dulu, pesantren zaman dulu, tanpa di program sekalipun telah memiliki ciri khusus dalam membekali santri dengan kemandirian dan belajar “prihatin”.

Dalam hal kemandirian, pesantren zaman dulu, para santri harus pandai mengatur waktu antara belajar, memasak, mencuci dan serangkaian kegiatan yang lain. Berbeda dengan zaman sekarang, para santri tidak perlu repot memasak, bahkan ada pesantren yang memberikan fasilitas laundry, sehingga mereka hanya fokus belajar.

Fenomena yang ada tersebut diatas, menjadi tantangan bagi pesantren bagaimana kedepannya memiliki program life skill bagi santrinya, yang berbasis fitrah dan fase usia mereka tentunya. Pesantren sebagai darul hayah, berperan penting dalam membentuk pribadi laki-laki sesuai fitrahnya dan juga perempuan sebagai perempuan.

Santri laki-laki dibekali dengan kemampuan leadership dan problem solving, dimulai dari hal yang sederhana, misal ; jika ada kerusakan di pondok, bukan sepenuhnya tugas bagi sarpras yang menjalankan, tapi santri ikut andil didalamnya dengan pendampingan dari musyrif. Pondok menjadi ruang tempa dan membangun mentalitas, dan diperlukan “Raja Tega” dalam mengimplematasikan. Definisi melayani dan service excelent sepertinya perlu dikaji ulang dan diperjelas batasannya.

Begitupun juga santriwati, meskipun pesantren sudah menyiapkan makanan untuk mereka, setidaknya ada program untuk mereka seperti cooking day, bisnis day dan lainnya. Oleh karena itu, perlunya pesantren memfasilitasi life skill yang harus diterima santri, baik yang terprogram atau implementasi langsung kedalam keseharian.

Idealnya, 1 bulan pertama, santri pondok dilakukan matrikulasi pendidikan life skill yang harus mereka miliki selama tinggal di pondok, misalnya tau dan dapat mencuci dengan baik, menjemur, menyetrika, membersihakan dan merapikan tempat tidur dan kamar.

Ketika pesantren mempunyai dan membuka ruang life skill bagi santri, mereka akan fokus kepada “mainannya” sendiri. Mereka punya jalan menyalurkan energi dan emosinya,. Ketika pesantren sudah membuat sekian aturan, berikan santri ruang ekspresi sebagai kompensasi dengan membuka ruang life skill yang sesuai dengan visi misi pondok yang dimiliki. Misal ruang life skill sains, seni, literasi, cukur rambut. keberadaan ruang life skil dapat diatur dalam mini organiasi atau club dan disusun pengurusnya, sedangkan musyrif hanya melakukan pengawasan.

Adanya pelanggaran dalam pesantren diantaranya berawal dari kejenuhan santri yang memuncak dan energi serta potensi yang tidak tersalurkan dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar