Sisi gelap dari sebuah pesantren yang sangat terkenal di indoensia, dia memiliki banyak cabang dan juga pesantren alumni, hebatnya meski memiliki sisi gelap, pesantren ini masih tetap banyak peminatnya, dan cabangnya juga makin banyak.
Diantara sisi gelap yang pernah saya dapatkan informasinya dari salah satu santri yang pernah belajar di pesantren tersebut.
- Adanya perbedaan dalam penerapan kedsiplinan antara 1 pondok dengan pondok yang lain, kebetulan santri ini dipondok yang secara aturan dapat dibilang keras
- Dari hasil seleksi, pondok pusat diisi oleh bibit unggul
- Dalam penerapan kedisiplinan masih menggunakan kekarasan fisik oleh kakak kelas yang menjadi petugas ketertiban atau mudabbir
- diantara kekerasan fisik yang pernah diterima santri tadi adalah
- disterum, detail cara setrumnya saya kurang ingat ( dikarenakan tidak mengikuti muhadrah )
- masuk ke dalam sapiteng dan menyelam di dalam sepiteng ( kesalahannya adalah tidak menjalankan tugas minta tanda tangan ke bagian perawatan atau perkap pondok )
- dipukul tanpa ampun
5. Bahkan pasca kejadian tewasnya santri di pondok tersebut, dan ada 2 santri yang menjadi tersangkan dan dimasukkan ke penjara, kekerasan fisik hanya mereda sebentar. Bahkan pihak senior masih beranggapan bahwa anak tersebut yang tewas hanya anak yang lemah, dan kekerasan masih berlanjut sampai tulisan ini ditulis, akhir 2024.
6. Dalam 1 angkatan pernah ada yang mundur 200 santri, dari 400 orang
7. Pernah ada wali yang tidak terima atas perlakuan terhadap anaknya dan speak up serta menyebarkan keluar grup, maka anaknya dikeluarkan dan tidak mendapat ijazah, ini terjadi saat santri tersebut kelas 8 atau kisaran tahun 2021 an, itulah kebijakan dari pondok tersebut ketika ada wali yang tidak kooperatif dengan kebijakan pondok, maka berhak untuk keluar atau justru malah dikeluarkan.
saya berusaha mempelajari pola tersebut, apakah dengan pola jika sebuah pesantren sudah punya nama, punya relasi, punya segudang prestasi, segelap apapun yang dialami pesantren tersebut akan tetap exist. atau ada rumus atau pola yang masih perlu diamati untuk menetralisir berita negatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar