Hikmah Ramadhan 3 # Jangan Tumpulkan DOA " - Jejak Inspirasi Transformasi

Catatan Pribadi Berbagi Inspirasi Untuk Bertransformasi Menjadi Pribadi Lebih Baik ------------------------------------------------------------------------------------------

Terbaru

Sabtu, 04 Mei 2024

Hikmah Ramadhan 3 # Jangan Tumpulkan DOA "

 



    Doa Pedangnya orang mukmin, pedang kadangkala ada yang tajam dan ada yang berkarat bahkan tumpul,

    Ada sebuah wasiat yang dulu disampaikan oleh Pak de Ali almarhum ( foto yang ada dipostingan blog ini ), beliau adalah suami dari bu lek fatimah ( anak dari KH. Abdul Muhith, yang beberapa bulan lalu meninggal ), Pak de ali adalah kyai besar di salatiga, mendirikan ponpes Annida di salatiga.

    Tepat beberapa hari sebelum pak de ali meninggal, saya dan keluarga berkunjung ke salatiga, satu persatu dari keluarga dipanggil, dan diberi wasiat secara privat, ya privat, bukan kelompok atau rombongan. entahlah apakah ini tradisi para kyai atau gimana, sebelum mereka meninggal, mereka memanggil keluarga atau muridnya satu persatu. dulu ketika Kyai Abdul Muhith sebelum meninggal konon memanggil satu persatu muridnya, dan diberi wasiat secara khusus juga, yang saya tau infonya Kyai ihsan dan kyai nasrah yang sempat diberi wasiat khusus.

    kembali ke cerita awal, diruangan itu cuma ada beliau, pak de ali dan saya, beliau dalam kondisi tiduran dan lemah, beliau tanya, piye nang kuliahmu, dan dimana terus mau kemana. lalu beliau cerita, " mi, reti nggak, angger dini opo meneh angger bodo, kenopo wong dong akeh mrene dong njaluk dongo?" ( tau nggak kenapa tiap hari apalagi kalo lebaran, banyak orang yang datang ke sini minta doa), sebagaimana kita tau, kyai-kyai besar hampir tiap hari apalagi tiap lebaran, dari pagi sampai sore, banyak yang datang berkunjung minta doa, kalo di kudus, tempat kyai ulin dan ulil tiap lebaran pasti ramai.

    Pak de ali, pun melanjutkan ceritanya, dan membuka semua rahasinya, kalo diringkas seperti ini, dulu waktu beliau mondok di ma'ahid, pesantren milik mertuanya yaitu mbah muhith, tidak pernah sama sekali berani mengambil barang-barang/ makanan yang bukan haknya, meskipun itu barang remeh. "ojo geman mangan sing nggk hak mu", beliau menceritakan, bahkan hanya sejumput garam dan kecap milik temannya, beliau nggk berani ngambil, kita tau zaman dulu makan hanya ditaburi garam dan dikasih kecap. jadi pas lagi makan, dan beliau cuma ada nasi, dan dilemari atas ada barang yang terkesan remeh ( garam/kecap) dan itu milik temannya, beliau nggk berani ambil, jika belum dapat izin dari temennya, meskipun beliau bisa ngambil dan izinnya kemudian, karena beliau nggak tau apa sempet minta izin, jika ternyata tiba-tiba maut datang.

    Tirakat yang beliau lakukan selama hidup ini, yang menjadikan doa beliau selalu tajam, tak pernah tumpul.

    cerita ini, tentulah sama dengan hadis nabi yang menceritakan tentang musafir yang doa nya sukar tembus ke langit karena ada barang haram yang melekat dalam tubuhnya.

    cerita ini juga sesuai dengan, wasiat nabi ke saad bin waqqosh, jika ingin menjadi pribadi yang doanya selalu mustajab.

    tinggal kita lah sendiri, mau menumpulkan doa kita atau berusaha selalu menajam pedang doa, kita sudah diberi modal "pedang doa" oleh Allah, kitalah yang menjaga pedang tersebut agar senantiasa tajam dan tak berkarat.

    tapi terkadang kita "mengkaratkan" pedang tadi, dengan mengambil sesuatu yang remeh atau sepele yang tidak atau belum menjadi hak kita, misal kecil, jika kita ada disebuah lembaga atau perusahaan, ngambil 1 lembar kertas, tapi digunakan bukan untuk urusan pekerjaan, misal untuk corat coret catatan bukan yang terkait pekerjaan di lembaga tersebut, untuk kepentingan pribadi misalnya, itu sudah dzalim. ya 1 lembar kan remeh, tapi itu dapat menumpulkan ketajaman pedang doa tadi ( ingat cerita seorang khalifah yang mematikan penerangan di rumahnya, ketika ada tamu yang berkonsultasi masalah pribadi, bukan negara ), memang sulit, tapi itulah cara menjaga agar pedang doa itu selalu tajam.

    Mulai hari ini, semoga kita semua mampu manjaga dan menajamkan kembali pedang doa kita, Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar