tapi,
ada beberapa PR besar yang harus dibenahi, pertama masalah konten materi yang
sampai hari belum fix ( mungkin karena pada sibuk ), yang kedua terkait
delevery / penyampaian materi.
mentoring
beda dengan teaching, hal ini juga pernah disampaikan oleh ust kamal dalam
rapat terbatas, mentoring harus beda dengan penyampain materi dikelas. waktu
itu saya memahami "harus beda" itu terletak di segi penyampaian,
misal game, pakai power point, rujakan dll, ternyata itu semua,( setelah saya
fahami usai ikut school of mentor) itu masih pernak perniknya. masih ada yang
lebih substansi yaitu heart of mentor, atau istilah ustadz kamal , bagaimana
menyambung jembatan rasa antara mentor ( wali kelas / musyrif/ah) dengan
santrinya.
Jika
sekedar transfer knowledge, tentu akan terasa garing, apalagi mayoritas materi
mentoring terkait ruhiah.
Dalam
School of Mentor, dikenalkan dengan istilah Triangle's Of Love, dan 3 komponen
ini dimulai dari "HATI ", hati siapa? ya hati para mentor tadi,
salah
satu unsur traingle of love, yang dibahas di artikel ini adalah "SINCERITY
", ketulusan. karena ketulusan adalah jalan masuk hidayah.
Ketulusan
tanpa modus, ketulusan yang benar-benar fokus kepada Allah, ketulusan yang
senantiasa para mentor membersihkan hati dari modus ingin mendapatkan "
Perhatian", " Pengakuan", " Pujian" ataupun
"kasih sayang" baik dari yang dimentorinya atau dari sesama rekan
mentor.
Ketulusan
harus selalu dilatih dan dijaga dari awal hingga akhir,
saya
sendiri, 3 bulan lalu "gagal" dalam menjaga sincerity ini, karena
itulah, "menghukum" diri ini, harus menulis artikel di fb, untuk
membayar atas kesalahan-kesalahan masa lalu.
cerita
berawal, ketika santri yang dimentorin selama 3 tahun melakukan kesalahan
dengan janjian dengan lawan jenis ( tidak lebih dari ketemuan), mencuri-curi
waktu-waktu luang, si fulanah ini sudah seperti keluarga sendiri, sebagai orang
yang dipercaya untuk beberapa kegiatan dan acara,
3
tahun lalu, ketika seragam sekolahnya hilang, kita yang belikan dan masih
banyak hal lain lagi. semua "tulus" diawal, tapi ketika terjadi
"Tragedi pengkhiantan" atas rasa kepercayaan, "ketulusan"
itu rusak, menjadi sebuah amalan-amalan yang diungkit-ungkit. amalan kebaikan
yang pernah ditanam musnah dengan mengungkit-ungkit didepan fulanah tadi.
yah...begitulah,
diri ini belajar, ketulusan harus dijaga sejak awal sampai kapanpun.
Kesimpulannya,
bagaimana melatih dan menanamkan " Sincerity" pada diri tiap mentor ?
, siapkah dilatih untuk selalu saling belajar dan mengingatkan arti sebuah
"Ketulusan" ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar