5 Langkah / prinsip efektifas pelaksanaan program - Jejak Inspirasi Transformasi

Catatan Pribadi Berbagi Inspirasi Untuk Bertransformasi Menjadi Pribadi Lebih Baik ------------------------------------------------------------------------------------------

Terbaru

Minggu, 09 Februari 2025

5 Langkah / prinsip efektifas pelaksanaan program

 



Evaluasi Program: Meningkatkan Efektivitas dan Partisipasi

Untuk memastikan semua aktivitas berjalan dengan optimal, diperlukan evaluasi menyeluruh terhadap program yang dijalankan. Evaluasi ini mencakup dari sisi perencanaan, pelaksanaan dan bentuk evaluasi yang digunakan.

Diantara salah satu permasalahan utama dalam lembaga adalah ketika suatu program tidak terlaksana secara maksimal disebabkan adanya sumbatan-sumbatan sehingga berjalannya sebuah rencana atau program belum berjalan secara maksimal.

Agar program berjalan dengan efektif maka diperlukan Langkah – Langkah yang efektif, ada 5 Langkah / prinsip efektifas pelaksanaan program, yaitu :

________________________________________

1. Keterlibatan Semua Pihak dalam Pengambilan Keputusan

Dalam merancang dan memutuskan suatu program, semua pihak yang berkepentingan harus dilibatkan sesuai dengan tingkatannya. Pengambilan keputusan tidak boleh hanya bergantung pada segelintir orang. Misal dalam penyusunan RAPB dan lainnya.

Musyawarah yang tidak berjalan dengan baik dapat menjadi hambatan dalam pelaksanaan program. Bahkan Rasulullah , meskipun seorang nabi, tetap melibatkan para sahabat dalam keputusan penting yang menyangkut kepentingan umum. Contohnya dalam Perang Uhud, beliau memilih untuk mengikuti pendapat para pemuda, meskipun akhirnya hasilnya tidak seperti yang diharapkan.

Sebagaimana dijelaskan dalam Tafsir Ibn Katsir :

وَشَاوَرَهُمْ فِي أُحُدٍ فِي أَنْ يَقْعُدَ فِي الْمَدِينَةِ أَوْ يَخْرُجَ إِلَى الْعَدْوِّ، فَأَشَارَ جُمْهُورُهُمْ بِالْخُرُوجِ إِلَيْهِمْ، فَخَرَجَ إِلَيْهِمْ وَشَاوَرَهُمْ يَوْمَ الْخَنْدَقِ فِي مُصَالَحَةِ الْأَحْزَابِ بِثُلُثِ ثِمَارِ الْمَدِينَةِ عَامَئِذٍ، فأبى ذلك عليه السَعْدَانِ سَعْدُ بْنُ مُعَاذٍ وَسَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ، فَتَرَكَ ذَلِكَ، وَشَاوَرَهُمْ يَوْمَ الْحُدَيْبِيَةِ فِي أَنْ يَمِيلَ عَلَى ذَرَارِيِّ الْمُشْرِكِينَ. فَقَالَ لَهُ الصِّدِّيقُ: إنا لم نجيء لِقِتَالِ أَحَدٍ وَإِنَّمَا جِئْنَا مُعْتَمِرِينَ، فَأَجَابَهُ إِلَى ما قال

Nabi mengajak para sahabatnya bermusyawarah saat Perang Uhud, apakah beliau tetap berada di Madinah atau keluar menyambut kedatangan musuh. Manakala sebagian besar sahabat mengusulkan agar semuanya berangkat menghadapi mereka, Nabi kemudian memutuskan untuk berangkat bersama pasukannya menuju ke arah musuh berada.

Allah juga memerintahkan untuk bermusyawarah dalam berbagai urusan, sebagaimana dalam Surah Aal Imron : 159

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Masih banyak kisah dari siroh nabi dimana nabi Muhammad melibatkan semua pihak untuk musyawarah dalam proses pengambilan keputusan.

________________________________________

2. Mendorong Partisipasi Aktif dalam Menyampaikan Pendapat

Musyawarah yang baik harus mendorong semua peserta untuk menyampaikan pendapatnya. Pemimpin musyawarah harus bersikap terbuka agar peserta merasa nyaman untuk berkontribusi.

Prinsip syuro bertujuan untuk menggali pendapat terbaik, bukan sekadar menyetujui keputusan yang sudah ditentukan sebelumnya. Musyawarah tidak boleh menjadi sekadar "paduan suara" yang hanya mengikuti satu suara dominan atau hasil dari sebuah settingan.

Mari belajar dari kisah Umar bin Khatab ingin menguji kecerdasan ibn Abbas dihadapan para veteran perang badar.

Umar radhiallahu ‘anhu pun mengakui keilmuan Ibnu Abbas yang waktu itu masih muda. Tercatat oleh Al-Bukhari di dalam kitab Shahih beliau bahwasanya suatu saat Umar memasukkan Ibnu Abbas muda ke dalam majelisnya bersama para tokoh Islam.

Pada waktu itu, para tokoh Badr yang telah matang dalam usia sangsi akan kemampuan Ibnu Abbas. Mereka pun bertanya kepada Umar, “Kenapa Anda memasukkan pemuda ini ke tengah majelis kita padahal kami juga punya anak seperti dia?”

Umar pun menjawab, “Kalian telah mengetahui tentangnya (yakni kepandaiannya )”

Suatu saat, Umar memanggil Ibnu Abbas ke tengah majelis mereka untuk memperlihatkan kepandaian Ibnu Abbas. Umar menanyakan kepada mereka, “Apa yang kalian ketahui tentang firman Allah Ta’ala (yang artinya), ‘Jika telah datang pertolongan Allah dan penaklukan.’ [Q.S. Al-Nashr:1-3]?”

Sebagian tokoh Badr tersebut pun menjawab, “Allah memerintahkan kita untuk beristighfar setelah Allah menolong dan memudahkan kita untuk menaklukkan kota Mekah.” Sedang sebagian lainnya memilih diam.

Sekarang giliran Ibnu Abbas, “Demikiankah?” kata Umar kepada Ibnu Abbas.

Ibnu Abbas mengatakan, “Tidak.”

“Lantas, apa menurutmu?” tanya Umar.

Ibnu Abbas mengatakan, “Itu adalah wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah memberitahukannya kepada beliau. ‘Jika datang kepadamu pertolongan dan penaklukan.’ [Q.S. Al-Nashr:1] itu adalah tanda dari dekatnya wafat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ‘Maka bertasbihlah dengan pujian kepada Rabbmu dan mintalah ampun. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun.’ [Q.S. An-Nashr:3].

Umar pun mengatakan, “Aku tidak mengetahuinya kecuali seperti apa yang engkau katakan.”

Pendapat Ibnu Abbas yang berbeda dari para sahabat senior menjadi bukti bahwa dalam musyawarah, setiap suara harus dihargai tanpa memandang usia atau status.

3. Memberikan Dukungan Penuh dalam Pelaksanaan Tugas

Setiap orang yang diberi tugas harus mendapatkan dukungan penuh, bukan hanya sekadar pembagian tugas tanpa pemantauan. Program yang sudah dirancang perlu dipantau secara berkala agar tetap berjalan sesuai rencana. Tanpa pengawasan, banyak program yang akhirnya mandek atau tidak berjalan sesuai harapan.

________________________________________

4. Mengapresiasi Hasil Kerja

Penghargaan bagi mereka yang menjalankan program dengan baik sangat penting untuk menjaga semangat. Rasulullah pun selalu memberikan apresiasi kepada para sahabatnya atas kontribusi mereka.

Meskipun keikhlasan adalah nilai utama, tetap diperlukan penghargaan dalam bentuk yang manusiawi untuk memberikan motivasi. Penghargaan tidak harus mewah, bisa dalam bentuk penghormatan dan penyemangat bagi yang telah bekerja keras.

________________________________________

5. Bersikap Adil dalam Menyikapi Kegagalan dan Kesalahan

Ketika terjadi kesalahan dalam pelaksanaan program, evaluasi harus dilakukan dengan tetap mempertimbangkan sisi kemanusiaan.

Sebagai contoh, dalam kisah Hatib bin Abi Balta’ah yang membocorkan informasi kepada orang Quraisy melalui seorang budaknya, Rasulullah tidak langsung menghukumnya dengan keras.

Di Madinah, Nabi berencana membebaskan kota Mekkah dan meyiapkan alat-alat untuk berperang. Hal ini dilakukan Nabi sebab, kaum kuffar Mekkah melanggar perjanjian Hudaibiyah yang sebelumnya sudah mereka sepakati dengan Nabi. Di saat itulah, Hatib menulis surat—melalui seorang wanita yang bernama Sarah—kepada orang-orang musyrik Mekkkah bahwa Nabi berencana untuk menyerang Mekkah. Rasulullah ternyata mengetahui—dari malaikat Jibril—tentang surat yang dikirim oleh Hatib. Kemudian, Rasulullah langsung memerintahkan beberapa sahabat untuk menyusul perempuan yang sedang membawa surat tersebut. Di antara sahabat yang diutus Nabi adalah Ali bin Abi Thalib, Umar bin al-Khattab, Ammar bin Yassir, Thalhah dan yang lain. Setelah perempuan tersebut ditemukan, ia tidak mau memberikan surat yang dikirim oleh Hatib, namun Ali bin Abi Thalib memaksa perempuan tersebut sehingga ia mau memberikan surat tersebut. Membaca surat tersebut, para sahabat kaget ternyata surat tersebut berasal dari Hatib yang ditujukan kepada orang-orang musyrik di Mekkah. Isinya adalah pemberitahuan tentang rencana Nabi mau menyerang Mekkah.

Para sahabat merasa dikhianati oleh Hatib dan membawa surat tersebut kepada Rasulullah. Rasulullah setelah mengetahui hal itu dengan mata kepalanya sendiri memanggil Hatib dan menyakaan hal itu,

“Apa-apaan ini wahai Hatib?”

Mendengar pertanyaan Rasulullah yang sedikit marah, Hatib langsung mengiba dan memohon kepada Rasulullah agar beliau tidak tergesa-gesa mengmbil keputusan dan kesimpulan. Ia bersumpah bahwa ia tidak murtad dan tidak berkhianat. Ia menjawab,

“Kaum muhajirin semuanya memiliki orang-orang yang melindungi keluarga mereka di Mekkah, kecuali aku, padahal keluargaku berada di tengah-tengah mereka. Aku hendak mengganti jasa kepada mereka dengan harapan mereka tidak mengganggu keluargaku!”

Rasulullah menjawab, “Dia berkata benar! Jangan berkata mengenai khatib kecuali yang baik!”

Melihat kajadian itu, Umar bin Khattab naik pitam karena kegeramannya melihat Hatib yang seolah-oleh mengkhianati Nabi dan sahabat yang lain. umar langsung berkata

“Ijinkan saya ya Rasul untuk memenggal orang munafik ini!” Ujar Umar.

Namun Rasulullah melarang Umar dengan menjawab,

“Bukankah dia telah ikut berperang dalam perang Badar ya Umar,,,! boleh jadi Allah—yang mengetahui jasa mereka yang terlibat dalam perang Badar—telah berfirman, ‘lakukanlah apa yang kamu suka. Saya telah mengampunimu.’ Mendengar ayat ini, air mata Umar berlinang. Allah dan RasulNya mengampuni dan memaklumi sikap Hatib bin Balta’ah karena melihat motif yang kelakuan Hatib.

Dari sini kita belajar bahwa dalam menilai seseorang, jangan hanya melihat kesalahannya, tetapi juga jasa dan kontribusinya.

________________________________________

Kesimpulan

Agar suatu program dapat berjalan dengan maksimal, diperlukan evaluasi yang menyeluruh, keterlibatan semua pihak, dukungan penuh dalam pelaksanaan, penghargaan bagi hasil yang dicapai, serta sikap adil dalam menyikapi kesalahan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, efektivitas program dapat meningkat, dan setiap individu dalam lembaga akan merasa lebih dihargai serta termotivasi untuk berkontribusi lebih baik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar