Evaluasi Program:
Meningkatkan Efektivitas dan Partisipasi
Untuk
memastikan semua aktivitas berjalan dengan optimal, diperlukan evaluasi
menyeluruh terhadap program yang dijalankan. Evaluasi ini mencakup dari sisi
perencanaan, pelaksanaan dan bentuk evaluasi yang digunakan.
Diantara salah
satu permasalahan utama dalam lembaga adalah ketika suatu program tidak
terlaksana secara maksimal disebabkan adanya sumbatan-sumbatan sehingga
berjalannya sebuah rencana atau program belum berjalan secara maksimal.
Agar program
berjalan dengan efektif maka diperlukan Langkah – Langkah yang efektif, ada 5
Langkah / prinsip efektifas pelaksanaan program, yaitu :
________________________________________
1. Keterlibatan Semua Pihak
dalam Pengambilan Keputusan
Dalam
merancang dan memutuskan suatu program, semua pihak yang berkepentingan harus
dilibatkan sesuai dengan tingkatannya. Pengambilan keputusan tidak boleh hanya
bergantung pada segelintir orang. Misal dalam penyusunan RAPB dan lainnya.
Musyawarah
yang tidak berjalan dengan baik dapat menjadi hambatan dalam pelaksanaan
program. Bahkan Rasulullah ﷺ, meskipun seorang
nabi, tetap melibatkan para sahabat dalam keputusan penting yang menyangkut
kepentingan umum. Contohnya dalam Perang Uhud, beliau memilih untuk mengikuti
pendapat para pemuda, meskipun akhirnya hasilnya tidak seperti yang diharapkan.
Sebagaimana
dijelaskan dalam Tafsir Ibn Katsir :
وَشَاوَرَهُمْ فِي أُحُدٍ فِي أَنْ يَقْعُدَ فِي
الْمَدِينَةِ أَوْ يَخْرُجَ إِلَى الْعَدْوِّ، فَأَشَارَ جُمْهُورُهُمْ
بِالْخُرُوجِ إِلَيْهِمْ، فَخَرَجَ إِلَيْهِمْ وَشَاوَرَهُمْ يَوْمَ الْخَنْدَقِ
فِي مُصَالَحَةِ الْأَحْزَابِ بِثُلُثِ ثِمَارِ الْمَدِينَةِ عَامَئِذٍ، فأبى ذلك
عليه السَعْدَانِ سَعْدُ بْنُ مُعَاذٍ وَسَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ، فَتَرَكَ ذَلِكَ،
وَشَاوَرَهُمْ يَوْمَ الْحُدَيْبِيَةِ فِي أَنْ يَمِيلَ عَلَى ذَرَارِيِّ
الْمُشْرِكِينَ. فَقَالَ
لَهُ الصِّدِّيقُ: إنا لم نجيء لِقِتَالِ أَحَدٍ وَإِنَّمَا جِئْنَا
مُعْتَمِرِينَ، فَأَجَابَهُ إِلَى ما قال
Nabi mengajak
para sahabatnya bermusyawarah saat Perang Uhud, apakah beliau tetap berada di
Madinah atau keluar menyambut kedatangan musuh. Manakala sebagian besar sahabat
mengusulkan agar semuanya berangkat menghadapi mereka, Nabi kemudian memutuskan
untuk berangkat bersama pasukannya menuju ke arah musuh berada.
Allah juga
memerintahkan untuk bermusyawarah dalam berbagai urusan, sebagaimana dalam
Surah Aal Imron : 159
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ
اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ
حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ
الْمُتَوَكِّلِينَ
Masih banyak kisah dari siroh
nabi dimana nabi Muhammad melibatkan semua pihak untuk musyawarah dalam proses
pengambilan keputusan.
________________________________________
2. Mendorong Partisipasi Aktif
dalam Menyampaikan Pendapat
Musyawarah
yang baik harus mendorong semua peserta untuk menyampaikan pendapatnya.
Pemimpin musyawarah harus bersikap terbuka agar peserta merasa nyaman untuk
berkontribusi.
Prinsip syuro
bertujuan untuk menggali pendapat terbaik, bukan sekadar menyetujui keputusan
yang sudah ditentukan sebelumnya. Musyawarah tidak boleh menjadi sekadar
"paduan suara" yang hanya mengikuti satu suara dominan atau hasil
dari sebuah settingan.
Mari belajar
dari kisah Umar bin Khatab ingin menguji kecerdasan ibn Abbas dihadapan para veteran
perang badar.
Umar
radhiallahu ‘anhu pun mengakui keilmuan Ibnu Abbas yang waktu itu masih muda.
Tercatat oleh Al-Bukhari di dalam kitab Shahih beliau bahwasanya suatu saat
Umar memasukkan Ibnu Abbas muda ke dalam majelisnya bersama para tokoh Islam.
Pada waktu itu, para tokoh Badr
yang telah matang dalam usia sangsi akan kemampuan Ibnu Abbas. Mereka pun
bertanya kepada Umar, “Kenapa Anda memasukkan pemuda ini ke tengah majelis kita
padahal kami juga punya anak seperti dia?”
Umar pun menjawab, “Kalian telah
mengetahui tentangnya (yakni kepandaiannya )”
Suatu saat, Umar memanggil Ibnu
Abbas ke tengah majelis mereka untuk memperlihatkan kepandaian Ibnu Abbas. Umar
menanyakan kepada mereka, “Apa yang kalian ketahui tentang firman Allah Ta’ala
(yang artinya), ‘Jika telah datang pertolongan Allah dan penaklukan.’ [Q.S.
Al-Nashr:1-3]?”
Sebagian tokoh Badr tersebut pun
menjawab, “Allah memerintahkan kita untuk beristighfar setelah Allah menolong
dan memudahkan kita untuk menaklukkan kota Mekah.” Sedang sebagian lainnya
memilih diam.
Sekarang giliran Ibnu Abbas,
“Demikiankah?” kata Umar kepada Ibnu Abbas.
Ibnu Abbas mengatakan, “Tidak.”
“Lantas, apa menurutmu?” tanya
Umar.
Ibnu Abbas mengatakan, “Itu
adalah wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah
memberitahukannya kepada beliau. ‘Jika datang kepadamu pertolongan dan
penaklukan.’ [Q.S. Al-Nashr:1] itu adalah tanda dari dekatnya wafat Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam ‘Maka bertasbihlah dengan pujian kepada Rabbmu
dan mintalah ampun. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun.’ [Q.S. An-Nashr:3].
Umar pun mengatakan, “Aku tidak
mengetahuinya kecuali seperti apa yang engkau katakan.”
Pendapat Ibnu Abbas yang berbeda
dari para sahabat senior menjadi bukti bahwa dalam musyawarah, setiap suara
harus dihargai tanpa memandang usia atau status.
3. Memberikan Dukungan Penuh
dalam Pelaksanaan Tugas
Setiap orang
yang diberi tugas harus mendapatkan dukungan penuh, bukan hanya sekadar
pembagian tugas tanpa pemantauan. Program yang sudah dirancang perlu dipantau
secara berkala agar tetap berjalan sesuai rencana. Tanpa pengawasan, banyak
program yang akhirnya mandek atau tidak berjalan sesuai harapan.
________________________________________
4. Mengapresiasi Hasil Kerja
Penghargaan
bagi mereka yang menjalankan program dengan baik sangat penting untuk menjaga
semangat. Rasulullah ﷺ pun selalu memberikan
apresiasi kepada para sahabatnya atas kontribusi mereka.
Meskipun
keikhlasan adalah nilai utama, tetap diperlukan penghargaan dalam bentuk yang
manusiawi untuk memberikan motivasi. Penghargaan tidak harus mewah, bisa dalam
bentuk penghormatan dan penyemangat bagi yang telah bekerja keras.
________________________________________
5. Bersikap Adil dalam
Menyikapi Kegagalan dan Kesalahan
Ketika terjadi
kesalahan dalam pelaksanaan program, evaluasi harus dilakukan dengan tetap
mempertimbangkan sisi kemanusiaan.
Sebagai
contoh, dalam kisah Hatib bin Abi Balta’ah yang membocorkan informasi kepada
orang Quraisy melalui seorang budaknya, Rasulullah ﷺ
tidak langsung menghukumnya dengan keras.
Di Madinah,
Nabi berencana membebaskan kota Mekkah dan meyiapkan alat-alat untuk berperang.
Hal ini dilakukan Nabi sebab, kaum kuffar Mekkah melanggar perjanjian
Hudaibiyah yang sebelumnya sudah mereka sepakati dengan Nabi. Di saat itulah,
Hatib menulis surat—melalui seorang wanita yang bernama Sarah—kepada
orang-orang musyrik Mekkkah bahwa Nabi berencana untuk menyerang Mekkah.
Rasulullah ternyata mengetahui—dari malaikat Jibril—tentang surat yang dikirim
oleh Hatib. Kemudian, Rasulullah langsung memerintahkan beberapa sahabat untuk
menyusul perempuan yang sedang membawa surat tersebut. Di antara sahabat yang
diutus Nabi adalah Ali bin Abi Thalib, Umar bin al-Khattab, Ammar bin Yassir,
Thalhah dan yang lain. Setelah perempuan tersebut ditemukan, ia tidak mau
memberikan surat yang dikirim oleh Hatib, namun Ali bin Abi Thalib memaksa
perempuan tersebut sehingga ia mau memberikan surat tersebut. Membaca surat
tersebut, para sahabat kaget ternyata surat tersebut berasal dari Hatib yang
ditujukan kepada orang-orang musyrik di Mekkah. Isinya adalah pemberitahuan
tentang rencana Nabi mau menyerang Mekkah.
Para sahabat
merasa dikhianati oleh Hatib dan membawa surat tersebut kepada Rasulullah.
Rasulullah setelah mengetahui hal itu dengan mata kepalanya sendiri memanggil
Hatib dan menyakaan hal itu,
“Apa-apaan ini
wahai Hatib?”
Mendengar
pertanyaan Rasulullah yang sedikit marah, Hatib langsung mengiba dan memohon
kepada Rasulullah agar beliau tidak tergesa-gesa mengmbil keputusan dan
kesimpulan. Ia bersumpah bahwa ia tidak murtad dan tidak berkhianat. Ia
menjawab,
“Kaum
muhajirin semuanya memiliki orang-orang yang melindungi keluarga mereka di
Mekkah, kecuali aku, padahal keluargaku berada di tengah-tengah mereka. Aku
hendak mengganti jasa kepada mereka dengan harapan mereka tidak mengganggu
keluargaku!”
Rasulullah
menjawab, “Dia berkata benar! Jangan berkata mengenai khatib kecuali yang
baik!”
Melihat
kajadian itu, Umar bin Khattab naik pitam karena kegeramannya melihat Hatib
yang seolah-oleh mengkhianati Nabi dan sahabat yang lain. umar langsung berkata
“Ijinkan saya
ya Rasul untuk memenggal orang munafik ini!” Ujar Umar.
Namun
Rasulullah melarang Umar dengan menjawab,
“Bukankah dia
telah ikut berperang dalam perang Badar ya Umar,,,! boleh jadi Allah—yang
mengetahui jasa mereka yang terlibat dalam perang Badar—telah berfirman,
‘lakukanlah apa yang kamu suka. Saya telah mengampunimu.’ Mendengar ayat ini,
air mata Umar berlinang. Allah dan RasulNya mengampuni dan memaklumi sikap
Hatib bin Balta’ah karena melihat motif yang kelakuan Hatib.
Dari sini kita
belajar bahwa dalam menilai seseorang, jangan hanya melihat kesalahannya,
tetapi juga jasa dan kontribusinya.
________________________________________
Kesimpulan
Agar suatu program dapat berjalan
dengan maksimal, diperlukan evaluasi yang menyeluruh, keterlibatan semua pihak,
dukungan penuh dalam pelaksanaan, penghargaan bagi hasil yang dicapai, serta
sikap adil dalam menyikapi kesalahan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini,
efektivitas program dapat meningkat, dan setiap individu dalam lembaga akan
merasa lebih dihargai serta termotivasi untuk berkontribusi lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar